BENTOR GORONTALO: IKON LOKAL DI TENGAH PERUBAHAN ZAMAN


www.penerbitmagama.com

Pernah mendengar tentang bentor? Kendaraan roda tiga khas Gorontalo ini bukan sekadar alat transportasi biasa, melainkan sebuah simbol kreativitas, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat yang praktis dan efisien. Bentor, singkatan dari "Becak Motor," merupakan hasil inovasi warga Gorontalo yang memadukan keunikan becak tradisional dengan kekuatan mesin motor. Kendaraan ini telah menjadi tulang punggung mobilitas sehari-hari, mengantar penumpang dan barang dengan tarif terjangkau, serta mampu menjangkau berbagai sudut kota yang datar dan memanjang.

Karakteristik khas bentor mampu mencuri perhatian karena modifikasinya yang unik. Rangka becak, terbuat dari kayu atau besi, dipasang di bagian depan, sementara mesin motor terletak di belakangnya. Hasilnya adalah kendaraan beroda tiga yang mampu mengangkut penumpang di bagian depan serta barang di belakang. Asal usulnya pun menarik: berawal dari kreativitas anak-anak STM sekitar tahun 1998 yang ingin mengubah becak manual menjadi kendaraan bermesin. Seiring waktu, bentor pun berkembang dan dikenal luas masyarakat Gorontalo. Nama "Becak Motor" pun melekat sebagai istilah populer, meskipun ada yang menyebutnya "Bendi Motor" karena bentuk awalnya yang mirip bendi tanpa kuda.

Fleksibilitas bentor adalah keunggulan utama. Dengan bentuknya yang ringkas dan kemampuan menjangkau area pemukiman yang lebih dalam, bentor mampu mengantar penumpang sampai ke depan rumah. Topografi datar di Gorontalo menjadi salah satu faktor pendukung, menjadikan bentor sebagai moda transportasi yang efisien dan ekonomis. Tidak hanya itu, keberadaan bentor turut berperan sebagai perangkat sosial dan budaya. Ia adalah bagian dari identitas kota ini, sering kali dianggap sebagai simbol keakraban dan kearifan lokal. Bahkan, dalam upaya modernisasi, bentor pernah diajak berkolaborasi dengan aplikasi transportasi daring seperti Gojek. Melalui program Go-Ride dan layanan lainnya, bentor berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan zaman.

Namun, di balik keunikan dan manfaatnya, keberadaan bentor tidak luput dari tantangan. Salah satunya adalah aspek hukum. Banyak pengemudi bentor yang masih belum memiliki izin operasional atau uji kelayakan kendaraan sesuai regulasi yang berlaku. Hal ini menimbulkan risiko dan ketidakpastian hukum, sekaligus menghambat pengembangan dan perlindungan terhadap para pengemudi. Selain itu, persaingan dari transportasi daring yang lebih modern dan nyaman menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, keunikan bentor tetap membuatnya relevan, terutama karena jangkauannya yang luas dan tarif yang lebih terjangkau. Harga bahan bakar yang fluktuatif juga mempengaruhi tarif, sehingga sering kali terjadi negosiasi harga yang menuntut keuletan pengemudi.

Baca juga: "WATU YANO: "KEAJAIBAN" ALAM BATU MENGAPUNG DI DANAU POSO" https://www.penerbitmagama.com/2025/12/keajaiban-alam-watu-yano-di-danau-poso.html?m=1

So, bentor bukan sekadar kendaraan roda tiga. Ia adalah representasi mobilitas, kreativitas, dan kehidupan masyarakat Gorontalo. Keberadaannya menunjukkan bagaimana inovasi lokal mampu bertahan dan beradaptasi di tengah perubahan zaman. Bentor menghubungkan berbagai lapisan masyarakat—dari pedagang kecil di pasar hingga mahasiswa di kampus—dan tetap menjadi bagian integral dari identitas kota. Dengan terus beradaptasi dan memperbaiki aspek legal serta layanan, bentor akan terus menjaga eksistensinya sebagai ikon yang membanggakan dan pelopor kearifan lokal Gorontalo. Jadi, mari kita apresiasi dan dukung keberadaan bentor sebagai bagian dari warisan budaya yang hidup dan dinamis.

Litbang Penerbit Magama, diolah dari berbagai sumber.

Foto: Infopublik.id

Posting Komentar

0 Komentar