BENTENG SOMBA OPU: SAKSI KEDIGDAYAAN DAN KEJATUHAN KESULTANAN MAKASSAR
www.penerbitmagama.com
Di sisi barat Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah situs bersejarah yang menyimpan jejak kejayaan dan kejatuhan sebuah kerajaan maritim yang pernah makmur. Itulah Benteng Somba Opu, saksi bisu yang mampu menceritakan kisah gemilang Kesultanan Gowa yang pernah menjadi pusat kekuatan dan perdagangan rempah-rempah yang ramai, hingga akhirnya mengalami masa surut akibat invasi kolonial Belanda.
Kisah Kedigdayaan dan Kejayaan
Sejarah mencatat bahwa Benteng Somba Opu dibangun sekitar tahun 1525 oleh Raja Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna. Pembangunan benteng sekaligus sebagai simbol perubahan revolusioner Kerajaan Gowa dari Agraris menjadi kerajaan maritim yang di kemudian hari dikenal masyhur sebagai sebagai Kerajaan Makassar.
Sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan, benteng ini menjadi medan aktivitas yang penuh dinamika. Pelabuhan utama yang terletak strategis di pesisir Sulawesi Selatan, menjadikannya pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai dikunjungi oleh pedagang dari berbagai penjuru Asia hingga Eropa. Di sinilah kekayaan dan kekuasaan Gowa bersinar, memperlihatkan kekuatan ekonomi dan militer yang kokoh.
Benteng ini diperkuat dengan batu padas dan meriam berat, simbol kekuatan militer yang mampu mempertahankan wilayah dari ancaman luar. Menjadi benteng utama Kerajaan Gowa, Somba Opu tidak hanya berfungsi sebagai pusat pertahanan, tetapi juga sebagai simbol kekuasaan dan kejayaan yang tak terbantahkan. Di balik tembok dan meriamnya, tersimpan kisah perjuangan dan keberanian para penguasa Gowa-Tallo dalam menjaga wilayahnya dari ancaman penjajah.
Keruntuhan dan Kehancuran
Namun, seperti halnya kisah kejayaan yang penuh gemilang, masa surut pun tak terelakkan. Pada tahun 1669, benteng ini mengalami peristiwa penting yang mengubah sejarahnya. Setelah pertempuran sengit antara pasukan Gowa di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin dari serangan VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda) yang bersekutu dengan Kerajaan Bone dibawah pimpinan Arung Palakka, Benteng Somba Opu akhirnya jatuh ke tangan penjajah. Kekalahan ini menandai berakhirnya dominasi maritim dan kekuatan ekonomi Kesultanan Gowa.
Setelah direbut, VOC melakukan tindakan destruktif. Banyak bagian dari benteng dihancurkan, dan untuk mencegah kebangkitan kembali Kerajaan Gowa, bahkan mereka sengaja menenggelamkan bagian-bagian dari benteng ke laut. Langkah ini merupakan strategi kolonial untuk memastikan kekuasaan mereka tak tergoyahkan oleh kekuatan lokal yang pernah berjaya di wilayah tersebut. Sejarawan mencatat bahwa kehancuran ini menjadi simbol betapa kuatnya kekuasaan kolonial dalam mengubah peta kekuasaan di kawasan ini sekaligus menjadi perubahan simbol keruntuhan kadaulatan kerajaan-kerajaan Nusantara bagian timur.
Warisan dan Kebangkitan
Meski dihancurkan dan ditenggelamkan, jejak Benteng Somba Opu tidak benar-benar hilang. Pada tahun 1980-an, para peneliti menemukan kembali situs ini setelah lama terkubur. Penemuan tersebut membuka lembaran baru dalam sejarah pelestarian warisan budaya di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1990-an, pemerintah dan masyarakat setempat melakukan rekonstruksi terhadap bagian-bagian yang masih ada, menjadikan benteng ini sebagai objek wisata bersejarah yang menarik perhatian.
Kini, Benteng Somba Opu tampil kembali dengan bangunan yang direkonstruksi lengkap dengan rumah adat Sulawesi Selatan, meriam bersejarah, dan museum yang menyimpan berbagai koleksi peninggalan masa lalu. Situs ini tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga sebagai pengingat akan kejayaan dan kejatuhan Kesultanan Makassar. Setiap batu dan meriam di sana menyimpan cerita tentang kekayaan budaya, kekuatan militer, dan perjuangan bangsa dalam mempertahankan wilayahnya.
Benteng Somba Opu lebih dari sekadar bangunan tua; ia adalah simbol dari perjalanan panjang sebuah kerajaan yang pernah berjaya di pusat perdagangan internasional. Dari masa kejayaannya sebagai pusat kekuatan dan perdagangan rempah-rempah, hingga masa kejatuhannya akibat invasi kolonial, situs ini mengajarkan kita tentang dinamika sejarah dan pentingnya literasi pelestarian warisan budaya. Kini, sebagai objek wisata dan situs cagar budaya, Benteng Somba Opu tetap berdiri sebagai saksi bisu yang mengingatkan kita akan masa lalu yang penuh warna, sekaligus menginspirasi untuk menjaga warisan leluhur demi masa depan bangsa.
Litbang Penerbit Magama, diolah dari berbagai sumber.
Foto: Wikipedia



Posting Komentar
0 Komentar